these are the moments

Senin, 08 November 2010

Manusia dan Selat Panjang

Setahun lamanya aku tak menginjakan kaki di Kota Selat Panjang. Ternyata banyak perubahan yang terasa di pesisir Provinsi Riau itu. Era otonomi daerah seakan menjadi penguak tabir daerah itu dari ketertinggalan pembangunan, setelah mulai tahun 2010 Selat Panjang melepaskan diri secara administratif dari Kabupaten Bengkalis.
Selat Panjang kini menjadi Ibukota Kabupaten Kepulauan Meranti, yang merupakan singkatan dari tiga pulau besar yakni Pulau Merbau, Rangsang dan Tebing Tinggi. Layanan listrik sudah 24 jam menyala dari sebelumnya sehari padam, dua hari menyala. Akses jalan mulai dibangun dan perusahaan kapal cepat tumbuh bagai jamur, sehingga membuat Selat Panjang yang berjarak sekitar 250 kilometer dari Pekanbaru bisa ditempuh dalam empat jam melalui laut.
Perkembangan Selat Panjang membawa harapan baru bagi masyarakat setempat. Mereka bergerak seiring irama dengan denyut nadi pembangunan kota itu. Ini beberapa momen yang ku abadikan saat kunjungan ke Selat Panjang pada November 2010.





http://storyriananggoro.blogspot.com/2010/10/keindahan-di-kesunyian.html

Sabtu, 06 November 2010

The Fire and The Smoky Haze (2010)

Once again, the smoky haze from burning peatland covers the sky in Riau Province on Oktober 2010. The smoke even blown by the wind to other countries like Malaysia and Singapore. These are my pictures that i captured during the shame annualy disaster.

 
























http://storyriananggoro.blogspot.com/2010/10/remembering-fire-and-haze-2009.html


Iblis Terpaksa Bertamu Kepada Rasulullah

Dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas:

Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah:

“Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.”

Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?”

Kami menjawab: “Allah dan rasulNya yang lebih tahu.”

Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.”

Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”.

Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”

Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.

Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin…”

Rasulullah SAW lalu menjawab: “Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?”

Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.”

“Siapa yang memaksamu?”

Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:

“Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”

“Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”

Orang yang dibenci Iblis

Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?”

Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.”

“Siapa selanjutnya?”

“Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”

“lalu siapa lagi?”

“Orang Aliim dan wara’ (Loyal)”

“Lalu siapa lagi?”

“Orang yang selalu bersuci.

“Siapa lagi?”

“Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepada orang lain.”

“Apa tanda kesabarannya?”

“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang-orang yang sabar.”

"Selanjutnya apa?”

“Orang kaya yang bersyukur.”

“Apa tanda kesyukurannya?”

“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.”

“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”

“Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”

“Umar bin Khattab?”

“Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.”

“Usman bin Affan?”

“Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.”

“Ali bin Abi Thalib?”

“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)

Amalan yang dapat menyakiti iblis

“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?”

“Aku merasa panas dingin dan gemetar.”

“Kenapa?”

“Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”

“Jika seorang umatku berpuasa?”

“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”

“Jika ia berhaji?”

“Aku seperti orang gila.”

“Jika ia membaca al-Quran?”

“Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”

“Jika ia bersedekah?”

“Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”

“Mengapa bisa begitu?”

“Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. Yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”

“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”

“Suara kuda perang di jalan Allah.”

“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”

“Taubat orang yang bertaubat.”

“Apa yang dapat membakar hatimu?”

“Istighfar di waktu siang dan malam.”

“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”

“Sedekah yang diam-diam.”

“Apa yang dapat menusuk matamu?”

“Shalat fajar.”

“Apa yang dapat memukul kepalamu?”

“Shalat berjamaah.”

“Apa yang paling mengganggumu?”

“Majelis para ulama.”

“Bagaimana cara makanmu?”

“Dengan tangan kiri dan jariku.”

“Dimanakah kau menaungi anak-anakmu di musim panas?”

“Di bawah kuku manusia.”

Manusia yang menjadi teman iblis

Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai Iblis?”

“Pemakan riba.”

“Siapa sahabatmu?”

“Pezina.”

“Siapa teman tidurmu?”

“Pemabuk.”

“Siapa tamumu?”

“Pencuri.”

“Siapa utusanmu?”

“Tukang sihir.”

“Apa yang membuatmu gembira?”

“Bersumpah dengan cerai.”

“Siapa kekasihmu?”

“Orang yang meninggalkan shalat jumaat”

“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”

“Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.”

Iblis tak berdaya dihadapan orang ikhlas

Rasulullah SAW lalu bersabda : “Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu.”

Iblis segera menimpali: “Tidak,tidak. . tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikanku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas.”

“Siapa orang yang ikhlas menurutmu?”

“Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. "

"Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjungan, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. "

"Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.”

Iblis dibantu 70.000 anak-anaknya


“Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan. Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk menggangu anak-anak muda, sebagian untuk menganggu orang-orang tua, sebagian untuk menggangu wanta-wanita tua, sebagian anak-anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid.

Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah. tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.

Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.

Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.

Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.”

Cara Iblis Menggoda

“Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku? Akulah mahluk pertama yang berdusta. Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.

Tahukah kau Muhammad?

Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar-benar menasihatinya.

Sumpah dusta adalah kegemaranku.

Ghibah (gossip) dan Namimah (Adu domba) kesenanganku.

Kesaksian palsu kegembiraanku.

Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata-kata cerai, isterinya menjadi haram baginya.

Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. Jadi semua anak-anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat, CERAI.

Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur shalat. Setiap ia hendak berdiri untuk shalat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia manundanya hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu, maka shalat itu dipukulkannya kemukanya.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia shalat. Namun aku bisikkan ke telinganya ‘lihat kiri dan kananmu’, iapun menoleh. pada saat iatu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan ’shalatmu tidak sah’

Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul.

Jika ia shalat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. ia pun shalat seperti ayam yang mematuk beras. jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.

Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya dan wajahnya akan dirubah menjadi wajah keledai.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika mnguap, syaithan akan masuk ke dalam dirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia. Dan iapun semakin taat padaku.

Kebahagiaan apa untukmu, sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan shalat. aku katakan padanya, ‘kamu tidak wajib shalat, shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. orang sakit dan miskin tidak, jika kehidupanmu telah berubah baru kau shalat.’

Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.

Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu.

Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari islam?”

10 hal permintaan iblis kepada Allah

“Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?”

“10 macam”

“Apa saja?”

“Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan.”

ALLAH berfirman, "Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janji mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka." (QS Al Israa' :64)

“Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah”.

“Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan”.

“Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal”.

“Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku”.

“Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku”.

“Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku”.

“Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku”.

“Aku minta agar Allah memberikanku saudara, maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku”.

ALLAH berfirman, "Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya" (QS Al Israa' : 27).

“Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku”.

“Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia”.

“Allah menjawab, “silahkan”, dan aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat”.

“Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.”

Iblis berkata : “Wahai muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang  sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda.

“Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun…!!!”

“Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah”.

“Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara”.

“Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.”

Rasulullah SAW lalu membaca ayat : “Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah ” (QS Hud :118 - 119)

juga membaca, “Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku” (QS Al-Ahzab : 38)

Iblis lalu berkata: “Wahai Muhammad Rasulullah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. dan aku tak berbohong.”

Sampaikanlah risalah ini kepada saudara-saudara kita, agar mereka mengerti dengan benar, apakah tugas-tugas dari Iblis atau Syaithan tsb. Sehingga kita semua dapat mengetahui dan dapat mencegahnya dan tidak menuruti bisikan dan godaan Iblis atau Syaithan.

Mudah-mudahan dengan demikian kita dapat setidak-setidaknya membuat hidup ini lebih nyaman dan membuat tempat serta lingkungan kita lebih aman.

 
PS: Thanks to M Said for sharing this wonderful story
*photo: Mesjid Agung An-Nur Pekanbaru/FB Anggoro/2010
http://storyriananggoro.blogspot.com/2010/10/rohani-dan-secuil-kemiskinan-indonesia.html 

Selasa, 19 Oktober 2010

Remember the Fire and the Haze (2009)

The forest fire seems to be an annual disaster in Riau Province for years. I became a bearing witness about how human so dishonoured the nature with burnt forest and peat land for their own benefit. In 2009, more than 10.000 hectare of forest and peat land were ruined due to the fire.

Using fire as the conventional way to clear the land still become the easier way for farmers, even for some companies untill now. They seem dont realize the impact of the burning peat land not only produce thick haze, but also release million of carbon into the air and contribute for the global warming. Thats why Riau is getting so hot, 34-36 degree in celcius, because the temperature is rising 2 degree this year.

The disaster now emerge once again this year. The goverment published the data that more than 5.000 hectare of peat land was already burnt since early Oktober. And before it getting worst, these are some pictures about the fire and the haze that i captured in 2009.


                                                        
     

Minggu, 17 Oktober 2010

Ada Apa Di Balik Penyerahan Ribuan Komputer Chevron?

Ada kalimat yang lazim dikenal dalam dunia komunikasi dan kehumasan: "baik atau buruk, itu publikasi". Artinya, cara apapun adalah sah dan bisa digunakan untuk mendongkrak popularitas atau pencitraan si subjek publikasi.


Sejumlah media massa lokal di Riau pada 14 Oktober lalu memuat berita mengenai penyerahan ribuan komputer dari PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) ke institusi pendidikan. Sebenarnya, berita itu merupakan rilis pers yang dibuat humas kontraktor migas itu dan dibagikan kepada wartawan sehari sebelumnya.

Rilis itu berjudul: "CPI Siap Serahkan 3.084 Komputer untuk Institusi Pendidikan di Riau". Secara kasat mata berita itu sangat menarik karena dari judulnya sudah bombastis dengan adanya jumlah angka komputer yang mencapai ribuan. Penyerahan komputer itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman yang dilakukan Kementerian Riset dan Teknologi yakni Kemal Prihatman, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau Irwan Effendi, perwakilan dari Asosiasi Open Source Indonesia (AOSI) Betti Alisjahbana, serta para kepala sekolah dan guru.

’’Program ini bagian dari peningkatan kualitas sumber daya manusia, terutama melalui pendidikan. Kami juga menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada pemerintah yang telah mendukung program yang sangat selaras dengan program kami ini. Program ini sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan di sekitar wilayah operasi kami,’’ ujar Djati Sussetya selaku GM Policy, Government, and Public Affairs (PGPA) CPI dalam berita itu.

Dijelaskan, bahwa CPI sebagai inisiator program ini mendapatkan persetujuan dari pemerintah pusat. Selain itu, juga dituliskan bahwa komputer bantuan itu telah habis masa kontraknya untuk operasi CPI namun masih sangat layak pakai dengan spesifikasi Pentium-4. Dalam berita itu dituliskan, inisiatif program semacam ini diharapkan mampu meningkatkan akses pengetahuan dan keterampilan para siswa di sekolah-sekolah di sekitar wilayah kerja Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang berada di bawah koordinasi BPMIGAS.

“Sekolah yang terpilih masing-masing akan menerima 23 unit komputer. Program semacam ini juga pernah dilakukan CPI pada 2001, yakni menyalurkan lebih dari 2.000 unit komputer ke berbagai SMA, perguruan tinggi, dan Dinas Pendidikan Provinsi Riau, serta kelengkapan laboratorium komputer di berbagai SMA di Provinsi Riau,” ungkapnya.

Selain itu, pada akhir berita itu dituliskan, Chevron mendonasikan sekitar 1.600 komputer kepada institusi-institusi pendidikan pada tahun ini di sekitar wilayah operasi Chevron yakni selain di Riau juga didistribusikan di Jakarta dan Jawa Barat sebanyak 900 unit, serta Kalimantan Timur sebanayak 700 unit.

Aset Negara

Orang awam setelah membaca berita itu kemungkinan besar akan berpikir bahwa sungguh mulia CPI mau memberikan ribuan komputer langsung kepada insitusi pendidikan. Bukan itu saja, kita sebagai orang biasa tentu akan menilai CPI sangat konsisten memberikan bantuan komputer untuk pendidikan sejak tahun 2001.

Namun, kawan, mari sejenak kita bersikap kritis, bagaimana jika opini publik semacam itu yang diinginkan dan berusaha dibentuk oleh perusahaan.

Mari kita kaji rilis berita itu menggunakan analisa isi atau konten. Pada judul berita itu dituliskan kata-kata "Siap Serahkan" dan kemudian kita buat pertanyaan mengapa kalimat itu dipilih. Kenapa ribuan komputer itu harus diserahkan CPI? Dan apa komputer itu sebenarnya bukan milik perusahaan sehingga harus diserahkan?

Lalu, mari kita coba analisa mengapa ada kata-kata "komputer bantuan itu telah habis masa kontraknya untuk operasi CPI" di tubuh berita?
Sejujurnya, kawan, pemilihan kata-kata yang dirangkai menjadi kalimat itu sebenarnya ada bukan karena tak sengaja. Di dalam industri migas ada komponen yang bernama dana pemulihan atau cost recovery. Komponen cost recovery ada di dalam bagian pemerintah, meskipun pendanaan awal memakai uang kontraktor kontrak kerja sama migas (KKKS).

Intinya, segala pengeluaran KKKS seperti CPI yang terdaftar dalam dana cost recovery bisa diklaim ke pemerintah melalui BPMIGAS. Pengembalian cost recovery tidak dalam bentuk duit, tapi diambil dari hasil produksi migas setelah kontraktor berhasil menemukan dan memproduksi migas secara komersial.

Lalu apa saja yang bisa masuk ke dalam cost recovery? Jawabannya adalah segala hal yang digunakan perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional mereka untuk eksplorasi dan eksploitasi migas. Dan komputer merupakan salah satu yang masuk capital cost dari operasi migas. Dan, capital cost merupakan salah satu komponen dari cost recovery.

Syahdan, kita tentu bisa menyimpulkan bahwa seluruh aset di seluruh KKKS adalah aset negara. Komputer yang digunakan CPI dalam jangka waktu yang diatur dalam kontrak, juga termasuk aset negara dan sebenarnya dibiayai negara dalam komponen cost recovery. Maka, hal ini akan menjawab mengapa kata-kata "komputer bantuan itu telah habis masa kontraknya untuk operasi CPI" digunakan dalam berita.

Manfaatkan Momentum

Dari analisa di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa CPI sebenarnya hanya menggunakan momentum penyerahan komputer bekas yang sudah habis masa kontraknya untuk pencitraan. Cara publikasi semacam ini tentu patut diacungi jempol, karena dengan pintar memanfaatkan segala cara untuk membentuk pencitraan baik perusahaan. Apalagi, selama ini masih banyak orang yang mempertanyakan manfaat langsung dari keberadaan perusahaan migas itu selama puluhan tahun di Riau.

Namun, kawan, adalah hal yang wajar kita mengkritisi pencitraan semacam ini karena pengembalian aset negara yang digunakan CPI adalah KEWAJIBAN perusahaan. Sebabnya, setelah kontrak habis, CPI tak berhak lagi menggunakan aset negara itu.

Jika CPI benar-benar peduli pendidikan, maka seharusnya ribuan komputer yang dihibahkan itu dibiayai dari keuntungan perusahaan yang diperoleh dari puluhan tahun menyedot "emas hitam" dari tanah Indonesia. Jika CPI benar-benar peduli untuk mensejahterakan warga Indonesia di sekitar lingkungan kerjanya, maka seharusnya perusahaan memperbesar bantuan dari koceknya sendiri melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).

Jika CPI mau lebih peduli dengan transparansi, maka seharusnya dalam berita itu dituliskan bahwa perusahaan hanya mengembalikan aset negara yang WAJIB untuk dikembalikan. Jika CPI bukan sekedar mencari pencitraan, maka seharusnya perusahaan mengembalikan ribuan komputer itu ke BPMIGAS sebagai lembaga tempat CPI mengklaim dana cost recovery. Baru kemudian BPMIGAS yang lebih layak memberikan ribuan komputer aset negara itu kepada institusi pendidikan di Indonesia.

Sudah saatnya kawan, kita membuka mata terhadap pencitraan seperti yang diterapkan CPI. Media massa di Riau juga harus lebih kritis agar tak terjebak dalam opini yang ingin dibentuk CPI, yang akhirnya malah menyesatkan masyarakat. 
*sekedar unek-unek di otak.. bisa juga dilihat http://www.facebook.com/photo.php?id=1279485376&pid=594006#!/topic.php?uid=194521017126&topic=15288

Keindahan di Kesunyian

     Kersik Luwai adalah sebuah tempat dimana kekayaan hayati tersimpan dengan alami di tengah padang pasir yang sunyi.

    Banyak juga orang yang berkata tempat itu adalah surga bagi berbagai spesies anggrek hutan. Sebuah taman ”Eden” yang dikelilingi hamparan pasir putih di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Dari bahasa Dayak Tunjung, salah satu etnis asli di Kutai Barat, nama tempat itu diambil. ”Kersik” berarti padang pasir, dan ”Luwai” sama dengan sunyi. Padang pasir yang sunyi, kurang lebih seperti itu menurut cerita orang-orang di sana.
   
    Jalan tanah sepanjang 40 kilometer ke daerah itu sangat kering dan berdebu pada Musim kemarau di akhir September. Di sepanjang perjalanan, pandangan mata akan disuguhi pepohonan yang rimbun di ”Lembo” (kebun adat) dan tegakan pohon karet milik warga setempat yang terlihat berjejer rapi.
   
     Sekumpulan bocah juga terlihat asyik menceburkan diri mereka ke sungai kecil di sana. Senyum dan canda tawa tersirat dari wajah mereka yang seperti tak peduli dengan terik matahari di siang itu.
   
     Gerbang masuk ke Kersik Luwai dapat terlihat tidak jauh dari sungai. Di sana juga ada pos penjagaan dan bangunan pusat informasi.
   
    Suasana terasa sepi dan lengang. Dari kejauhan terlihat ada dua pengunjung yang keluar dari dalam kawasan itu.
   
    ”Jangan lupa tulis nama di buku tamu, biar bisa dicari bila kamu tersesat,” kata seorang pengunjung.
   
    Apa yang dia maksud adalah buku tamu di pos penjagaan. Kawasan di antara Kecamatan Damai dan Kecamatan Sekolaq Darat itu memang telah ditetapkan menjadi cagar alam lewat Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 792/Kpts/Um/10/1982.
   
    Tempat itu kemudian lebih dikenal dengan sebutan Padang Luwai dan di bawah pengawasan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur. Kawasan konservasi di tempat itu mencapai luas 5.000 hektar, meski luas tempat tumbuhnya anggrek hanya 17,5 hektar.
   
    Sudah pasti karena keunikannya tempat itu ditetapkan menjadi cagar alam. Sampai kini belum ada penelitian yang dapat menjelaskan bagaimana hamparan pasir dapat berada di tengah hutan pegunungan yang ratusan kilometer jauhnya dari pesisir pantai.
   
    Akses untuk masuk ke kawasan itu melalui jalan setapak yang dipenuhi tumbuhan semak dan sejenis paku-pakuan di kanan kirinya. Terlihat juga puluhan pohon yang menjulang tegak ke langit, tapi batangnya gosong menghitam tanpa ada sehelai daun. Sebuah tanda bahwa pernah ada kebakaran hutan di tempat itu.
   
    Pasir putih di sepanjang jalan setapak itu terasa lembut. Namun, terik matahari siang telah membuat udara dan pasir juga terasa panas. Mungkin panasnya dijamin bisa menambah kering kerongkongan orang yang sedang menunaikan ibadah puasa.
   
    Temperatur udara dapat berubah secara ekstrim di kawasan tipikal padang pasir seperti halnya di Kersik Luwai. Kendati hal itu belum dapat menjelaskan bagaimana aneka tumbuhan, khususnya anggrek, dapat hidup di sana.
 
Habitat Anggrek Hutan
   
    Berada di “jantung” habitat anggrek hutan di Kersik Luwai bagaikan seperti di dalam labirin. Kawasan itu didominasi oleh pohon kerangas dan telamun yang terlihat terpetak-petak oleh jalan setapak.
   
    Kerangas seperti pohon bakau di tempat itu dengan bentuk daun yang kecil dan tebal, juga kerap berbuah untuk sumber makanan bagi burung. Sedangkan telamun memiliki batang yang berwarna merah dan diameternya hanya dapat tumbuh sekira lima hingga 10 centimeter.
   
    Di bawah rimbun pepohonan yang rindang itulah aneka anggrek hutan tumbuh. Kesabaran dan ketelitian kita sangat dibutuhkan karena seringkali badan harus dibuat membungkuk untuk mencari anggrek yang mekar di bawah naungan pepohonan.
   
    Di Kersik Luwai ada bermacam anggrek dengan keunikan masing-masing. Satu bunga yang paling terkenal dan menjadi kekhasan tempat itu adalah anggrek hitam (Coelogyne pandurata).
   
    Anggrek ini paling mudah ditemukan di Kersik Luwai. Mereka berbunga di sepanjang tahun, meski tidak pernah terjadi serempak. Bunga endemik Kalimantan tersebut sudah terkenal hingga mancanegara dan sangat dilindungi karena terancam punah.
   
    Rasa panas dan gerah seperti terbayar lunas bila melihat anggrek hitam yang mekar di habitat aslinya. Saat itu ada dua pohon anggrek hitam sedang mekar di antara semak. Ternyata pada satu pohon bisa belasan bunga yang merekah sangat indah.
   
    Anggrek hitam biasanya berkelopak lima yang bewarna hijau muda cerah, bukan hitam. Warna hitam justru berada di tengah bunga berupa bintik-bintik hitam yang tampak membentuk motif dan kerapatan warna yang unik. 
   
    Tidak jauh dari sana juga tumbuh anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) yang tangkainya bisa tumbuh mencapai dua meter sehingga dikatakan seperti tebu. Warna bunga ini bermotif seperti kulit harimau dengan bintik coklat, kuning dan hitam.
   
    Lalu di tempat itu juga ada anggrek merpati (Dendrobium rumenatum), anggrek ratap tangis yang bentuknya seperti rantai, dan anggrek sragotanga (Coelogyne foerstermanii) atau anggrek bambu yang ujung daunnya seperti anyaman bambu.
   
    Sayangnya, saat itu pohon anggrek-anggrek tersebut sedang tidak berbunga karena kebanyakan hanya bisa dilihat mekar pada akhir tahun.
   
    Di Kersik Luwai juga banyak dijumpai kantong semar (Nephentes sp). Tumbuhan yang kini sedang digandrungi para pencinta botani ini banyak tumbuh di atas pasir ataupun melilit pada dahan pohon lain untuk tumbuh menjuntai.
   
    Kantong semar memiliki rongga seperti terompet yang bewarna hijau kemerahan. Kantong tumbuhan tersebut bisa menampung air dan dahulu digunakan suku dayak untuk sumber air minum di hutan.
Keindahan Yang Hakiki
   
    Yurang selalu menganggap Kersik Luwai sebagai kampung halamannya. Ayahnya, Paulus Jhodi, adalah salah seorang penjaga di tempat itu sekitar tahun 1970-an, jauh sebelum ditetapkan sebagai kawasan cagar alam.
   
    Pria bertubuh besar dan berkulit sawo matang ini mengatakan Kersik Luwai adalah sebuah tempat bermain yang menyenangkan saat ia masih kecil. Saat itu ia senang sekali memerhatikan beruang madu dan membuat sarang lebah jadi sasaran lontaran batu adalah moment yang tak bisa dilupakan.
   
    ”Saat lebahnya keluar saya dan teman-teman langsung lari dan masuk ke sungai,” katanya sambil tertawa mengenang saat itu.
   
     Namun hal itu tidak bisa lagi ia lakukan karena hutan lebat banyak musnah akibat kebakaran besar di tempat itu.
   
    ”Tempat ini sudah sangat berubah,” ujarnya.
   
    Meski begitu ia selalu antusias bila menemani rombangan pengunjung yang ingin melihat Kersik Luwai. Perhatiannya pun masih sangat besar dan dalam waktu dekat, ia berencana untuk memperbaiki jembatan kayu sungai kecil di jalan menuju tempat itu yang sudah sangat tua dan lapuk.
   
    Perubahan drastis di Kersik Luwai juga sangat membekas bagi Didimus. Pria setempat yang kini berprofesi sebagai pegawai BKSDA di cagar alam itu mengatakan kebakaran hutan akan selalu menjadi ancaman bagi kelestarian tempat itu.
   
    ”Kebakaran hutan saat ini sangat kecil kemungkinan disebabkan faktor alam kecuali disengaja manusia,” katanya mengomentari penyebab kebakaran yang pernah terjadi di sana.
   
    Ia mengatakan kebakaran besar sempat beberapa kali terjadi di Kersik Luwai, salah satunya pada tahun 1982 yang menyebabkan luas hutan anggrek menyusut drastis dari sebelumnya 400 hektar. Ia juga mengatakan peristiwa kebakaran itu juga mengakibatkan belasan jenis anggrek hutan punah.
   
    ”Sebelum kebakaran ada 72 jenis anggrek di tempat ini, tapi sekarang tinggal 57 jenis saja,” ujarnya.
   
    Kebakaran juga sempat terjadi pada awal tahun 2007 yang melumat hutan yang berada di kawasan itu. Pohon besar yang dulu tumbuh rapat dan mengelilingi hutan anggrek kini tak ada lagi.
   
    Segala perubahan di cagar alam tersebut tentu berdampak pada makhluk hidup yang selama ini bergantung padanya. Didimus mengatakan Kersik Luwai juga menjadi tempat mencari makan bagi satwa seperti aneka burung, beruang madu, rusa, landak, trenggiling, hingga kancil.
   
    Namun, ia mengatakan banyak dari binatang tersebut sulit untuk ditemui di tempat itu terutama setelah hutan di sekeliling Kersik Luwai nyaris habis terbakar.
   
    Memasuki 11 tahun masa kerjanya menjaga tempat itu, Didimus tidak pernah hilang harap untuk menjaga kelestarian tempat itu.
   
    Mungkin di luar sana bukan Cuma orang seperti Didimus dan Yurang yang ingin hidup berdampingan dengan alam. Mungkin kelak lebih banyak lagi orang akan melindungi semua kehidupan yang masih tersisa di Kersik Luwai. Sebuah harmoni untuk mencipta kekayaan yang hakiki. 

*kenangan bertugas di rimba Kalimantan October 4th, 2007  

"Rohani" dan Secuil Kemiskinan Indonesia di Bantaran Ciliwung

   Perempuan itu membungkuk untuk mengambil air kali Ciliwung dengan kedua tangannya. Tidak ada keraguan, bahkan rasa jijik juga tidak tersirat sedikitpun dari wajahnya ketika ia mulai berkumur dan mengusapkan air hitam itu ke tubuhnya.

    "Saya habis mengambil air untuk wudhu," kata perempuan yang mengaku bernama Rohani dengan singkat seraya beranjak pergi meninggalkanku.

    Ini hanyalah sebuah kisah perjalanannku ke daerah bantaran kali Ciliwung di kawasan Bukit Duri, Jakarta Timur. Salah satu tempat pemukiman kumuh yang identik dengan daerah miskin kota, dan sepotong kecil "frame" dari gulungan besar potret rakyat miskin di Indonesia yang kini berjumlah diatas 35 juta jiwa (jika laporan Badan Pusat Statistik beberapa waktu lalu valid datanya) .
 
    Singkat cerita, akhirnya aku berhasil menemukan rumah perempuan itu diantara jejeran bangunan kayu yang sekilas terlihat seperti rumah burung. Perempuan itu berdiri menungguku di depan pintu rumahnya. "Mari masuk ke rumah saya nak," katanya.
 
    Dia tinggal di sebuah bangunan dari kayu berukuran sekitar 7×5 meter dan berlantaikan tanah. Ruangan itu terlihat pengap karena hanya memiliki satu jendela, belum lagi harus dibagi untuk tempat tidur dan dapur.
 
    "Beginilah rumah saya, kecil dan sempit," kata perempuan yang mengaku berasal Kuningan, Jawa Tengah itu.
 
    Prempuan berusia paruh baya itu mengatakan, telah belasan tahun dirinya tinggal di tempat itu bersama suami dan dua putrinya. Hidup jauh dari kelayakan dinikmati saja apa adanya, kata Rohani.
 
    Dia mengaku sadar tinggal di tempat yang kumuh. Dia juga sadar ketika musim hujan datang dirinya harus rela tidur beralaskan aspal di atas jembatan karena bajir kiriman setiap tahun menenggelamkan rumahnya. Namun, dia tetap mengatakan hidup di daerah kumuh Ciliwung masih lebih baik daripada hidup di kampungnya yang tanpa sebidang sawah.
 
    "Terkadang saya suka memunguti sampah di kali untuk dijual. Dari situ saya bisa dapat Rp20 ribu per hari," katanya.
 
    Air Ciliwung yang hitam dan anyir itu tampaknya sudah menjadi pemandangan yang biasa buat orang seperti Rohani. Bahkan dia mangatakan masih banyak orang yang menggunakan air Ciliwung untuk mandi dan mencuci pakaian, meski beberapa meter dari tempat tinggalnya berdiri sebuah fasilitas sanitasi bersama yang biasa disebut MCK (Mandi, Cuci, dan Kakus).
 
    "Saya tidak sanggup membayar iuran perawatan sebesar Rp16 ribu per bulan. Apalagi suami saya yang biasa jadi kuli bangunan sudah lama tidak bekerja karena belum ada proyek lagi," katanya.
 
    Aku hanya bisa tertegun sambil memikirkan bagaimana keseharian mereka yang hidup di tempat itu yang mereka sebut rumah. Perlahan suara Rohani yang pelan mengilang karena aku tenggelam dalam lamunanku.
 
    Fenomena yang aneh tapi nyata ketika aku masih menemukan orang-orang yang memilih "bersih-bersih" di air Ciliwung yang penuh limbah, padahal sudah ada fasilitas MCK yang tersedia. Di daerah RW 08 kecamatan Bukit Duri, tempat Rohani tinggal, terdapat delapan MCK yang dibangun dari dana World Bank. Hanya saja, tinggal lima yang masih bisa digunakan dan kondisinya juga tidak bisa disebut memadai karena tidak terawat.
 
    Tiba-tiba aku tersadar dari lamunan ketika kudengar Rohani berteriak. "Ebi, jangan main di pinggir kali. Nanti kamu tercebur," teriak wanita itu.
 
     Dua orang anak terlihat sedang asik bermain di pinggiran sungai. Seorang anak laki-laki dengan santainya membuka pakaiannya dan langsung menceburkan dirinya ke sungai yang penuh busa itu. Sementara anak perempuan yang satu lagi berlari ke arahku sambil tertawa riang.
 
    "Dia anak saya yang kedua. Nama panggilannya Ebi," kata Rohani.
 
    Rohani kembali bercerita sambil membetulkan kedua kepang rambut anaknya. Tapi, kali ini suaranya semakin lirih. "Saya cuma bisa berharap ada orangtua asuh yang mau membantu anak-anak saya untuk sekolah," katanya.
 
    Dengan mata yang berkaca-kaca dia menceritakan putri pertamanya yang terpaksa berhenti sekolah karena malu akibat Rohani tidak bisa melunasi uang buku pelajaran. Padahal, dia memiliki harapan yang besar agar anaknya mendapatkan pendidikan yang layak untuk dapat memperbaiki nasib mereka di masa depan. 
 
    "Padahal dia sudah duduk di kelas lima sekolah dasar. Saya tidak mau dia selamanya hidup seperti orangtuanya," kata Rohani.
 
    Dia juga mengatakan Ebi, putrinya yang kedua, kini sudah berusia tujuh tahun dan sudah cukup umur untuk masuk sekolah. Tapi, lagi-lagi akibat masalah kurangnya biaya membuat dirinya urung untuk menyekolahkan Ebi. "Seringkali saya sedih ketika Ebi merengek minta bisa sekolah," katanya sambil memeluk putrinya dengan erat.

    Hari itu berakhir dengan menyisakan pertanyaan yang menyesakkan dadaku. Jika Jakarta dianggap banyak orang sebagai miniatur Indonesia, adakah potret kemiskinan di luar sana yang lebih manusiawi? Ataukah kemiskinan sesungguhnya sudah sangat jauh dari sifat manusiawi?

*tulisan pertamaku saat liputan sebagai wartawan Kantor Berita ANTARA di Jakarta pada tahun 2006 dan tak pernah dipublikasikan